Artikel Sekolah
Melangkah
dari Titik Nol
(Sebuah Tulisan Pertama
dari Seorang Literat Pemula Awam)
Oleh Nurjanah,S.Pd.
Guru SMK Negeri 1
Karangtengah Cianjur
Ketika akan memulai menulis ini, begitu
banyak hal yang menjadi pertanyaan. Bisakah saya menulis? Apa yang harus saya
tulis? Dengan kalimat apa saya harus memulai menulis? Padahal saya seorang guru
Bahasa Indonesia yang selama puluhan tahun memberikan teori keterampilan
berbahasa. Dari mulai menyimak, membaca, menulis, berbicara juga berapresiasi
dan berekspresi sastra. Memang benar, saya selalu jadi pengajar bukanlah
seorang yang pandai dalam berpraktek. Saya hanya pandai berteori. Hanya pandai
menugaskan siswa membuat ini dan itu. Astagfirullohhaladzim...betapa piciknya
saya. Saya berbicara dan menerangkan tentang menulis pada siswa saya, tapi saya
sendiri tak pernah punya keinginan untuk menulis. Saya begitu lancar membahas
tema tulisan, ide pokok paragraf ataupun kerangka sebuah tulisan. Sementara
saya sendiri kebingungan ketika berhadapan dengan keharusan untuk menulis.
Apapun namanya yang mengharuskan saya menulis, baik itu gerakan literasi yang
gencar digembar-gemborkan pemerintah, atau kesadaran sendiri ataupun keharusan
dari tuntutan pekerjaan sebagai guru untuk berliterasi, saya berniat untuk
menjadi seorang guru yang tidak hanya berteori saja. Saya harus belajar
menulis.
Ya, saya harus menulis. Menuliskan
semua yang ingin saya tulis. Menyambungkan lagi mimpi yang dulu pernah ada.
Dulu pada suatu masa, saya pernah bermimpi untuk menjadi penulis cerpen dan
puisi. Masa itu sekitar tahun 80-90an yang susah media untuk menjadi wadah
praktis seseorang menampung tulisannya.Walaupun ada, begitu banyak syarat yang
harus dilalui. Berbeda jauh dengan sekarang yang begitu mudahnya menulis dan
mempublikasikannya. Tak perlu datang membawa naskah tulisan kepada redaksi
mading sekolah atau kampus, atau lebih tinggi lagi datang kepada redaksi
majalah atau koran dengan potensi besar ditolak. Sekarang seorang yang ingin
menulis dan mempublikasikan bisa langsung unggah ke media sosial, baik itu FB,WAG,
Web dan lain-lain, orang-orang akan langsung membacanya. Gerakan literasi telah memotivasi. Kemajuan teknologi telah
memfasilitasi.
Tapi hey...ternyata seseorang yang
mempunyai niat baik itu ada saja masalahnya. Selalu ada halangan dan rintangan
untuk maju. Masalahnya sekarang, bisa tidak saya menulis menggunakan laptop?
Hal ini yang sebetulnya dari dulu menjadi kendala dan masalah saya untuk bisa
menuangkan ide-ide dalam bentuk tulisan seperti yang lain. Seperti yang banyak
di ceritakan di media sosial, bahwa generasi yang lahir pada awal tahun 70an
adalah generasi yang mengalami banyak perubahan dan loncatan dalam bidang
teknologi. Kami, terutama saya khususnya harus hidup dengan segala kekuatan
mengikuti perubahan itu. Tertatih-tatih dan terseok-seok mengikuti iramanya.
Bukan karena kami terlalu bodoh untuk belajar dan bisa menguasai IT, tapi
masalah-masalah lain yang harus kami hadapi dalam hidup pada usia yang tak muda
lagi membuat daya simak menurun dratis, belum lagi urusan dalam keluarga dengan
kesibukan mengurus anak dan rumah tangga.
Syukurlah, dibalik musibah selalu ada
hikmah. Pada masa pandemi sekarang, yang mulai dinyata bahwa Indonesia dalam
masa pandemi dari bulan Maret 2020 telah mengajarkan banyak hal, terutama IT.
Kami, guru-guru dari semua jenjang pendidikan diharuskan melakukan pembelajaran
jarak jauh ( PJJ ) oleh pemerintah. Mau tidak mau, suka tidak suka , pasti
harus menggunakan alat bantu
pembelajaran IT dan jelajah internet. Kurun waktu tersebut telah mengajari
banyak guru termasuk saya menjadi melek IT. Literasi digital begitu terasa.
Asalnya buta IT, lambat tapi pasti mulai bisa beradaptasi, walaupun memang
tidak semahir anak-anak muda dengan memorinya yang masih besar kapasitas
ruangnya bisa cepat menyerap semua informasi yang didapat. Sedikit demi sedikit
saya mulai bisa menggunakan laptop dan membuat bahan ajar, lalu menyampaikannya
kepada siswa- siswi saya.
Masih tidak percaya diri karena merasa
tak mampu menulis juga bukan lagi alasan. Hikmah pandemi juga ternyata
menyebarkan ilmu secara merata melalui jagat maya. Tidak harus ada surat tugas untuk berangkat pelatihan dari instansi tempat
bekerja yang kadang-kadang kesempatan orang pelosok begitu kecil untuk
mendapatkannya karena kuota habis oleh yang berada di kota. Masa pandemi yang
mengalihkan segalanya melalui IT berimbas juga pada pelatihan-pelatihan
berbagai macam keilmuan termasuk pelatihan menulis .Pelatihan-pelatihan yang
dilakukan melalui Zoom Meeting atau apalah namanya itu , bisa dilakukan
dimanapun kita berada.
Lalu
apa lagi yang menjadi halangan buat saya menulis sekarang? Ayo diri...bangkitlah...ayo menulis. Mari
berliterasi bersama dengan yang lainnya. Mari bersama-sama bertahan pada era
4.0 ini. S E M A N G A T..
Cianjur, akhir Februari 2021